Jika Anda
berkesempatan jalan-jalan ke Batam melintasi Jalan Yos Sudarso dari arah Batam Center menuju Batu Ampar,
tepatnya di persimpangan terowongan Pelita, Anda segera menemukan jejeran
gerobak para pengrujak. Lokasi itu dinamakan Simpang Rujak yang belakangan
menjadi salah satu ikon wisata kuliner khas Batam.
Adalah Mas Kuncung,
pria asal Boyolali ini yang memulainya. Pada Mel 1993, bersama adiknya Mas
Kuncung bertekad menjual rujak dan es dawet. Kawasan ini masih asing bahkan
tidak dilirik oleh pedagang yang lain. Pembelinya kadang-kadang hanya beberapa
orang yang kebetulan lewat, atau para pekerja Sat Nusa Persada, Pelita yang
ngekos di Sei Panas.
Hingga 17 tahun
berlalu, persimpangan Bukit Pelita ini kemudian menjadi tumpuan puluhan tukang
rujak lainnya. Dari mulut ke mulut rupanya kenikmatan rujak di lokasi ini
tersebar, permintaan pun meningkat, sampai akhirnya muncul pedagang-pedagang
rujak yang baru. Sekitar 24 tukang rujak berada di lokasi ini setiap hari. Mas
Kuncung sendiri sampai hari ini masih berdagang. Bahkan didapuk sebagal Ketua
Persatuan Simpang Rujak (PSR).
Simpang mi beroperasi
dan jam 11.00 sampai 18.00, karena di tempat itu tidak ada peralatan penerang
dan listrik. Hal itu justru tidak menjadi masalah karena acara makan rujak cocoknya
di siang hari. Ada tiga jenis rujak yang biasanya terdapat di sini yakni rujak
buah, rujak serut dan rujak cingur. Harganya per porsinya sama antara Rp6.000,-
sampai Rp7.000,-. Rujak tersebut bisa disantap di atas meja ala kadarnya di
sekitar gerobak.
Rujak yang dijual
terbuat dan aneka jenis buah seperti nanas, bengkuang,jambu
air, apel, kedondong, dan lain-lain. Dengan harga cukup terjangkau, pembeli
bisa menikmati rujak di bawah rimbunan pepohonan dan semilirnya angin
perbukitan. Warung rujak yang hanya beratap terpal berwarna biru berukuran
sekitar dua kali tiga meter ini lumayan untuk melmndungi dari gerimis atau
panas terik.
Jika pembeli ingin
membawa pulang, maka dimasukkan ke dalam wadah stryrofoam. Soal pedas, tinggal
bilang pada penjualnya. Mau pedas sekali atau malah tidak sama sekali. Bisa
juga minta rasa gunih atau manis.Untuk menambah kenikmatan rujak, pilihan
minuman juga tersedia, mulal soft drink, es kelapa muda dan es dawet, bisa
melegakan tenggorokan ketika rasa pedas rujak mulai terasa.
Selain dijejali
pengendara sepeda motor dan pejalan kaki, Simpang Rujak juga disinggahi para
pemilik mobil mewah. Biasanya mereka menunggu di mobil sambil memberi isyarat
kepada tukang rujak untuk dibungkus. Banyak pasangan muda-mudi yang
bercengkerama di bangku seadanya, sambil menikmati view Batam dan Bukit Pelita.
Bagi orang Jawa Timur
misalnya yang sedang berwisata ke Batam atau jalan-jalan ke Batam tidak usah bingung
mencari rujak cingur. Di sini sudah banyak yang jual. Apalagi bagi orang Bawean
yang gemar makan rujak baik yang sudah menetap di Batam, Singapura dan
Malaysia, jika sudah lama tidak incip rujak cingur silahkan datang ke Simpang
Rujak, tidak perlu repot-repot pulang kampung.
Satu hal yang perlu
Anda ketahui, jika malam tiba, Simpang Rujak berganti nama menjadi Simpang Jagung Bakar. Hampir semua area rujak menjadi area jagung bakar.
Makan jagur bakar sambil ditemani gemerlap lampu-lampu kota yang bisa dinikmati
dan perbukitan dan penerangan seadanya memberi kesan tersendiri. Atau cukup
memperhatikan mobil yang alu lalang ditemani angin sepoi-sepoi. Harga jagung
bakar yang dipoles nientega itu hanya Rp5.000,-. Penjualnya rata-rata adalah
pedagang rujak tadi siang.
0 Response to "Simpang Rujak Seraya Batam"
Posting Komentar